Harga Sebuah Pertemuan
Keridaksengajaan itu membuat aku
bingung , menyapa , terlintas dan mengucap untuk sekadar berkata Hayy!
Keduanyapun terus berjalan tanpa
cakram yang kuat. Bahkan untuk saling memandang dan memutar badan untuk memberi
sedikit kejelasan untuk mengucap kata, kamu kemana ? Itupun tidak kami lakukan.
>> waktupun terus berjalan<<
Aku memilih menyodorkan beberapa
rupiah untuk membeli minuman rendah kalori di hadapanku, memilih satu diantara
beberapa rasa untuk bisa dinikmati.
Memang terhitung masih terlalu
pagi untuk ukuran kelaziman, duduk di salah satu food park yang banyak berjejer
dikawasan ruang santai dan tunggu tersebut.
Awalnya topik pembicaraan kami
hanya berkisar tentang kesibukan kuliah, aktivitas kampus, atau permasalahan
ringan lainnya. Semakin kesana atau kesini, filosofi kehidupan tentang nasib,
cita – cita hidup dan topik yang lebih berat serta beragam lainnya mulai
bermunculan.
>> waktupun terus berjalan<<
Ia adalah teman terbaik dalam diskusi pertemuan ini. Ia sangat
terlatih untuk mencari solusi dalam segala persoalan, kecuali satu, soal
jodoh. Hoho
Entah apapun itu, menurutku, Ia adalah pemberi
saran dan pendengar yang baik, walaupun bisa dibilang selama itu aku juga mengambil inisiatif obrolan atau menceritakan sesuatu.
Akhir dari keadaan itu, kami
berjalan sambil melihati tempat dimana nomor parkir area tempat kendaraan berada “udah
jangan mikirin yang lain, lakukan yang terbaik dan berdo’a + lulus yang
bermartabat”.
Seusai mendapati nomor parkir tersebut, aku menoleh dan menanggapi dengan ekspresi seadanya, meski hanya
sekadar untuk berkata : "Daa......Terimakasih - hati – hati".
Komentar
Posting Komentar