Front line is God
Memiliki hati yang tentram damai dan tidak penuh dengan kecurigaan masalah serta prasangka yang buruk adalah dambaan kita semua. Bahagia banget deh rasanya, manakala hati bisa memilih rajin beristighfar, berdzikir, dan tawadu' untuk beribadah kepada Tuhan. Berserah untuk lebih pasrah akan usaha, apalagi terkait dengan Jodoh.
Perbincangan yang kiat tidak akan pernah habis - habisnya apabila terus dibahas dalam polemik kehidupan asmara. hihihhi
Menunggu bukanlah hal yang mudah bagi seorang lawan jenis yang belum tentu menuju ikatan yang sudah di sahkan. Ketika
dengan sengaja ia menunggu, barangkali ia akan dengan sangat sabar menunggu.
Tapi bisa jadi juga ia mulai meletakkan kita di garis depan, sebagai harapan,
sebagai kepastian. Bisa saja kita tertipu dengan pernyataan - pernyataan ia yang mempu melumerkan perasaan kala itu. Toh, kita semua juga tahu yang benar-benar pasti adalah yang sudah disahkan
ikatan bukan? terkadang aja yang sudah diikat masih aja lepas, apalagi yang masih berteman dengan memiliki rasa sembunyi - sembunyikan? Rawan banget lepas dan bahkan menimbulkan waham curiga satu sama lain.
That's all, aku pernah merasakan keduanya... Hingga akhirnya aku pasrah, akhirnya terpikir, jika memang ia adalah jodohku tolong mudahkanlah urusannya hingga ia bisa sampai meminangku untuk menuju niat baik-Mu.
Terkadang aku telah merasa ia adalah orang yang tepat, ia yang akan menjadikan hari-hari depan makin hebat, ayo dong datangi kewali. Ingat aja, bahwa Tuhan Maha menyanggupkan
apa-apa yang kita kiranya belum mampu. Tapi ternyata sampai sekarang belum ada. Sabar, mungkin tahun depan. Eyaa.
Jika
memang belum sanggup mempertanggungjawabkan, lebih baik tak usah menanam
harapan, kan? (Eih, seolah - olah aku menyalahkan ia ya)
Entahlah, dalam posisi ini aku juga masih belum bisa move on. Mungkin aku hanya akan mampu menunggumu di ujung batas usiaku di tahun 2018.
Yang benar bagian kita, tidak akan ke lain
orang kok ya, selama kita tetap meletakkan Tuhan di garis depan.
Tak perlu
diminta pun, jika ia benar bagian kita, ia akan menunggu ataupun ia akan menemukan dan menghampiri. Tuhan akan membuat ia
menunggu jika memang aku belum siap untuk ditemuin. Justru dengan begitu ia akan menunggu dengan lebih tulus, ia akan
menunggu dengan meletakkan Tuhan di puncak harapannya, ia akan menunggu dengan
kepasrahan siapapun bagiannya. Bukan malah jadi saling berharap tanpa kepastian. Jangan rusak ketulusan dalam menunggu
hanya karena ketidaksanggupan kita menahan keresahan. Kita masih manusia dengan kelamin, kan?
Barangkali ia memang terlihat yang paling
tepat, barangkali ia memang yang terlihat paling pas, barangkali ia memang
terlihat yang paling cocok. Tapi kita juga tak boleh lupa, bahwa tidak semua
jodoh disatukan di dunia. Iya, kan? Tapi jika dalam posisi ini aku berharap bahwa ia akan menjadi milikku, baik dunia - akhirat.
EYAAAAK !
Tuh, kan, memang lebih
baik tak usah menebar harapan, kalau kitanya sendiri belum mau benar
mempertangungjawabkan. Maafkan aku yang sudah sengaja memberikan harap.
Disini, saya sebagai seorang wanita. Wanita juga tidak perlu
maksa-maksa segera kepastian. Kalau sudah ditegasin tapi lakinya ngeles aja tidak mau
datang ke rumah juga, tinggalin saja, kejar harapannya Tuhan saja. Jangan mau
menunggu kalau ia tidak jelas waktunya. Kalau ia benar lelaki, dan masih punya
kelamin, ia akan berpikir bagaimana caranya agar membuat walimu yakin, bukan
malah membuat kamu uring-uringan dengan beribu pemikiran kapan ia akan benar datang?
Lelaki itu kalau
dituruti egonya, suka jadi lupa waktu, apalagi kalau udah ada karakter pemalas
di dalamnya. Lihat kesungguhannya berupaya deh. Jika lelakimu memang
benar percaya Tuhan Maha Segalanya, mestinya ia juga percaya bahwa segala
ketidaksanggupannya akan disanggupkan oleh Tuhan. Jika lelakimu mulai
menakut-nakuti dengan segala tetekmbengeknya, katakan saja,
“Aku ndak takut
kehilanganmu, Mas, aku takut kehilangan ridho-Nya.”
Berani bilang gitu? Atau
kamu juga lebih takut kehilangan manusia?
Sejujurnya dalam hal ini, aku masih belum berani untuk berkata demikian.
Jika kau mau menunggu
yang seperti itu, silakan saja, itu hidupmu. Kau berhak memilih apa pun
tujuanmu.
Adikku yang manis,
adikku yang cantik, adikku yang tengah disentil urusan perasaan, masih ingat
kata-kata yang ini?
Iya mbak??
“Ketika seseorang benar
mencintaimu karena agama, dia akan benar memperjuangkanmu sebagaimana yang
dianjurkan agama. Dan jika ia benar-benar mencintaimu, dia takkan tega
membuatmu terkatung-katung pada ketidakpastian yang panjang. Ia takkan tega
membuatmu kian hanyut dalam keresahan.” Letakkan kembali Tuhan
di garis depan, dekap kembali Dia sebagai tujuan utama. Karena menuju-Nya sudah
pasti dijanjikan kebahagiaan, sedangkan menuju manusia? Dia tidak bisa
membolak-balikan kehendak Tuhan, tapi Tuhan sangat mudah jika ingin
membolak-balik hatinya. Jodoh yang manis
bukanlah yang paling terlihat romantis, jodoh yang manis bukan pula yang paling
terlihat rupawan, jodoh yang manis bukan pula yang terlihat paling bisa
memberikan harapan. Jodoh yang manis masih tetap sama, dia yang berani
memperjuangkanmu sebagaimana yang dianjurkan Tuhan-nya, dan dia yang takkan
tega melihat seseorang yang dicintainya mulai meragukan janji Tuhan-nya.
Mbak, jika aku yang ingin sekali bersanding dengannya. Dan aku mau untuk pergi, aku selalu gagal. Seolah aku udah terhipnotis dengan semua kalimat indah dan harapan indah darinya. Keyakinanku akan suatu hal dengannya seolah mampu kita lalui walau kita dalam hubungan ini adalah hubungan yang tidak saling diketahui oleh orang tua kita. Aku tidak mau kehilangannya. Namun, aku juga capek dengan semua kedekatan ini. Aku memlih pergi dan hampir berhasil. Tapi, entah kenapa ketika satu kali pesan masuk bahkan suaranya masuk dalam telingaku, mampu membuat sesak diafragmaku dan seketika itupun hati dan pikiranku mulai melumer lagi. Aku sejujurnya tidak bisa bergerak untuk mencari ia ia yang lain disaat hatiku masih terkunci oleh satu orang, sedangkan aku juga tidak mau tertipu harap dengan ia. Apakah ini yang di sebut setan percintaan? Atau memang imanku lagi taraf pengujian? Atau aku adalah wanita yang mudah sekali untuk diberikan keindahan hingga akhirnya aku ditinggalkan? Atau aku hanya buat hiburan semata?
Ah, kamu udah gede dek, kamu
udah pintar buat bisa menilai sendiri. Keputusanmu tetaplah keputusanmu. Selama kau benar
mengejar janji-Nya, aku yakin kau akan bahagia. Tapi jika kau sudah mulai
menggantungkan harapan pada manusia, siapa yang bisa jamin hatinya tak ternoda
suatu ketika. Istiqamahin hati lagi yak, bukan masalah cepat atau lambatnya,
tapi bagaimana caranya kita terus belajar bikin Tuhan tersenyum melihat
keputusan-keputusan kita. Senyum, ah, namanya juga
masih belajar, kepleset dikit bangkit lagi dong, senyum lagi dong. Masih
percaya Tuhan maha baik, kan?
=END=
Barangkali ia memang terlihat yang paling
tepat, barangkali ia memang yang terlihat paling pas, barangkali ia memang
terlihat yang paling cocok. Tapi kita juga tak boleh lupa, bahwa tidak semua
jodoh disatukan di dunia. Iya, kan? Tapi jika dalam posisi ini aku berharap bahwa ia akan menjadi milikku, baik dunia - akhirat.
EYAAAAK !
Komentar
Posting Komentar